Beberapa waktu lalu saya menonton podcast yang menurut saya sangat membuka pikiran, menghadirkan Prof. Muhammad Syafi’i Antonio bersama Helmy Yahya. Topiknya daging banget: kenapa umat Islam, khususnya di Indonesia yang jumlahnya mayoritas, belum juga menjadi kekuatan ekonomi dunia?
Prof. Syafi’i memaparkan tiga masalah besar yang sering jadi penghambat. Pertama, soal cara pandang atau filosofi. Banyak orang salah paham tentang zuhud. Zuhud bukan berarti anti dunia, atau harus miskin supaya dianggap dekat dengan Allah. Zuhud itu artinya tidak menjadikan dunia menguasai hati. Jadi, punya harta, bisnis besar, atau kekayaan melimpah bukan masalah. Justru dari sanalah kita bisa zakat lebih banyak, sedekah lebih luas, bahkan memberangkatkan orang ke haji dan umrah. Kalau miskin, bagaimana bisa?
Kedua, soal kompetensi teknis. Banyak pengusaha Muslim gagal bukan karena niatnya jelek, tapi karena kurang ilmu. Kadang tidak paham cara mengatur keuangan, tidak tahu strategi pemasaran, atau ketinggalan dalam literasi digital. Padahal sekarang zamannya AI, ekonomi serba cepat, persaingan global. Kalau tidak upgrade skill, ya susah untuk bertahan apalagi berkembang.
Ketiga, soal politik dan hukum. Prof. Syafi’i menyoroti regulasi yang masih ribet, birokrasi panjang, dan hukum yang kurang tegas. Investor jadi ragu. Bandingkan saja dengan Singapura atau Malaysia yang punya kepastian hukum, jadi wajar kalau mereka lebih maju dalam menarik investasi.
Yang menarik, Prof. Syafi’i menekankan bahwa kekayaan itu bukan musuh spiritual. Justru harta bisa jadi alat dakwah kalau digunakan dengan benar. Beliau mengingatkan bagaimana Rasulullah SAW sebelum menjadi nabi adalah seorang pedagang sukses. Beliau kaya, tapi tetap rendah hati, jujur, dan sangat dermawan. Justru karena punya kekayaan itulah, beliau bisa bebas menjalankan misi dakwah tanpa terikat pada bantuan orang lain.
Podcast ini seperti menampar halus: kenapa kita masih takut kaya? Kenapa masih ada mindset bahwa orang Islam yang baik itu harus sederhana sampai tidak berdaya? Padahal kalau kita ingin kuat sebagai umat, ekonomi harus jadi pondasi. Dari ekonomi yang sehat, sekolah gratis bisa berdiri, masjid bisa makmur, anak yatim bisa tersantuni, bahkan politik bisa lebih bermartabat.
Pesan akhirnya jelas: umat Islam Indonesia harus berubah pola pikir. Dari pasif jadi produktif. Dari hanya konsumtif jadi kreatif. Dari takut kaya jadi berani kaya dengan cara halal. Lalu, jangan lupa kolaborasi dengan pemerintah, ikut pelatihan, investasi, dan saling dukung antar Muslim.
Bagi saya pribadi, podcast ini bukan sekadar wawasan, tapi juga dorongan moral. Saya jadi teringat bahwa bekerja keras mencari rezeki halal, membangun bisnis, atau mengejar kesuksesan finansial itu bukan sekadar ambisi dunia. Itu bagian dari dakwah. Asal niatnya lurus, harta bisa jadi jalan menuju surga.
Tangerang, 27 Agustus 2025
0 Komentar