Lelah Itu Sementara, Mimpi Tetap Selamanya



Hari ini saya kembali duduk sejenak, menenangkan hati di tengah sibuknya aktivitas. Membangun bisnis dari nol memang bukan perjalanan yang ringan. Banyak orang hanya melihat permukaan—jualan, transaksi, keuntungan—tetapi sedikit yang memahami bagaimana pikiran, tenaga, dan hati terkuras dalam setiap langkah.

Saya pernah berpikir bahwa tantangan terbesar adalah modal yang terbatas atau persaingan yang keras. Namun ternyata, yang paling berat adalah menjaga motivasi diri agar tetap menyala ketika rasa lelah mulai menghampiri. Ada hari-hari di mana badan ingin menyerah, tetapi hati berkata, “Kamu sudah terlalu jauh untuk berhenti di sini.”

Saya tidak ingin melihat rasa lelah ini sebagai kelemahan. Saya menyebutnya bagian dari proses. Karena sejatinya, tidak ada perjuangan besar tanpa rasa penat. Dan justru rasa lelah inilah yang menjadi pengingat bahwa saya sedang bergerak, sedang menapaki jalan yang memang tidak dipilih banyak orang.

Ketika keraguan datang, saya selalu kembali pada satu hal: alasan mengapa saya memulai. Saya mendirikan usaha ini bukan hanya untuk diri saya sendiri. Saya ingin membuka lapangan kerja, memberi peluang bagi orang-orang agar bisa menghidupi keluarganya dengan layak. Saya ingin menjadikan mimpi ini bukan sekadar jalan pribadi, tetapi jalan rezeki bagi banyak orang.

Setiap kali saya melihat seorang karyawan pulang membawa gajinya, saya membayangkan ada keluarga yang tersenyum, ada doa yang terangkat, ada kehidupan yang lebih tenang. Itu sudah cukup menjadi bahan bakar untuk saya terus melangkah.

Saya belajar bahwa burnout bukanlah tanda saya gagal, melainkan tanda bahwa saya sedang tumbuh. Burnout mengajarkan saya untuk berhenti sejenak, menarik napas, menata ulang strategi, lalu kembali melangkah dengan lebih matang. Ia bukan akhir, melainkan bagian dari perjalanan.

Dan untuk siapa pun yang membaca catatan ini: jangan takut dengan rasa lelah. Rasa lelah itu adalah bukti bahwa Anda sedang memperjuangkan sesuatu yang berarti. Jangan berhenti hanya karena jalannya terasa berat. Ingatlah, banyak orang menyerah tepat sebelum garis keberhasilan. Saya tidak ingin menjadi bagian dari mereka, dan saya yakin Anda pun demikian.

Saya percaya, kesuksesan bukan milik mereka yang paling pintar atau paling kuat, melainkan milik mereka yang paling sabar dan tahan untuk terus berjalan. Dan saya memilih untuk bertahan.

Besok, saya akan bangun lagi. Besok, saya akan melangkah lagi. Karena saya tahu, mimpi ini bukan sekadar milik saya. Ia adalah titipan Allah, agar melalui usaha ini saya bisa memberi manfaat lebih luas bagi orang lain.

Pada akhirnya, saya hanya bisa berusaha dan berdoa. Saya yakin, setiap tetes keringat, setiap doa, dan setiap langkah kecil saya tidak pernah sia-sia di hadapan-Nya. Allah tahu perjuangan ini, dan Allah pula yang akan menentukan hasil terbaiknya.

Dan itulah yang membuat saya tenang: mimpi ini bukan hanya tentang ambisi pribadi, tetapi tentang ibadah. Selama saya menjalaninya dengan niat baik, insyaAllah setiap langkah akan bernilai di sisi-Nya.


Tangerang, 28 Agustus 2025

Posting Komentar

0 Komentar