Kembara bukan sekadar perjalanan fisik; melewati hutan, menembus kabut, dan menantang medan. Ia adalah perjalanan hati. Di setiap langkah kaki yang letih, di setiap tetes keringat yang jatuh, kita sedang ditempa menjadi rijaluddakwah, pribadi tangguh yang siap membawa risalah kebaikan.
Dalam gelap malam dan dinginnya angin gunung, kita belajar arti kesabaran. Dalam kebersamaan, kita merasakan kekuatan ukhuwah. Dalam setiap rintangan, kita diuji. Seberapa besar tekad kita untuk tetap teguh di jalan dakwah ini?
Rijaluddakwah bukan yang tak pernah lelah, tapi mereka yang terus bangkit meski berkali-kali jatuh. Bukan yang paling kuat, tapi yang paling istiqamah. Kembara telah mengajarkan itu semua, bahwa medan dakwah jauh lebih berat daripada medan rimba. Dan kita, para pejuang, harus siap menempuh keduanya.
Teruslah melangkah, meski perlahan. Teruslah berdakwah, meski terasa berat. Karena Allah tidak menilai hasilmu, tapi kesungguhanmu.
Kembara melatih tubuh. Dakwah menguatkan ruh. Maka jadilah rijal yang siap di dua medan: bumi dan langit.
0 Komentar